« Home | Blogging juga ah... »

Hindsight

charles  thomas of camp tuffit

Apaan sih hindsight itu? Padanan kata’nya dalam Bahasa Indonesia tercinta memang tidak ada, tapi kalo diliat di kamus artinya mengambil pelajaran dari apa yang telah terjadi di masa lalu.

Baru-baru ini saya menemukan blog yang menarik, yaitu Let the good times roll yang ditulis oleh Guy Kawasaki. Pada blog tersebut ada posting hindsight dari pengalaman hidupnya.

Berikut ini adalah hal-hal yang dituliskan oleh Guy Kawasaki, seorang managing director dari garage.com, penulis delapan buku, dan pembicara. Dia telah mengatakan bahwa jangan menerima yang dituliskannya sebagai “pasti benar”. Tapi inilah pelajaran dari pengalaman hidupnya beserta comment-comment saya yang -- pasti juga tidak -- “pasti benar”. Cuma opini aja... Don’t take it too seriously...

Ada 10 hal, secara singkat 10 hal tersebut adalah:
#10: Bergantung pada orang tua selama mungkin
Guy Kawasaki adalah tipe seorang murid rajin yang menyelesaikan college dalam 3,5 tahun. Dia tidak suka bersantai atau mengambil liburan karena menganggapnya tidak berguna bagi masa depannya dan akan menunda kelulusan.

Dia mengambil kesimpulan, ini salah. Kita akan bekerja selama sisa hidup kita, jadi jangan tergesa-gesa untuk memulainya. Dia mengatakan saat kuliah harus dinikmati sebelum kita memiliki cicilan rumah, mobil, dan mengurus anak-anak.

Ambil liburan. Bekerjalah magang walaupun dibayar sedikit ataupun tidak dibayar sama sekali. Temukan hal-hal yang membuatmu antusias.

Guy Kawasaki beranggapan orang tua juga suka mensupport anak-anaknya. Dia juga menuliskan perpanjang saja masa-masa college’mu menjadi 6 tahun :-)

My opinion: jangan terlalu menganggap benar yang satu ini, hal yang penting adalah keseimbangan. Kita tidak boleh terlalu gaul, sampe lupa belajar dan gak lulus2. Kan malu kalo semua teman udah lulus tapi kita belum. Bukankah orang tua juga bangga kalau anaknya bisa cepet lulus dan bekerja?
Tapi kita juga tidak boleh terlalu disibukkan oleh pelajaran kuliah sampe jadi nerd dan gak gaul sama sekali.


#9: Kejar kebahagiaan, jangan kesenangan (joy, not happines)
Rumah bagus, mobil bagus, barang-barang mewah bisa membuat senang. Tapi kesenangan hanya sementara dan bisa lenyap seketika. Tapi kebahagiaan tidak bisa diprediksi. Kebahagiaan datang dengan mengejar atau mengerjakan hal-hal yang sesuai dengan antusiasme.

Hal ini bisa diartikan misalnya: mempelajari apa yang benar-benar membuatmu antusias. Ini bisa saja bertentangan dengan keinginan orang tua. Ada juga orang yang menentukan jurusan studinya dengan melihat jenis pekerjaan apa yang kira-kira banyak dibutuhkan orang di masa yang akan datang. Hal ini juga salah.

Guy Kawasaki pernah masuk sekolah hukum dan hanya bertahan selama 2 minggu, dia merasa tidak cocok.

My Opinion: pursue joy, not happines. This one I completely agree. Tapi jangan lupa, jangan sampai kita memiliki antusiasme yang salah. Kalau kita antusias pada hal yang salah dan benar-benar kita kejar, wah... habislah kita...
Kesenangan bersifat sementara karena hal ini dipengaruhi oleh keadaan di sekitar kita, sementara kebahagiaan kekal karena hal ini disebabkan oleh kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Setiap orang dilahirkan dengan antusiasme yang berbeda. Jadi, jangan cuma ngikut arus.


#8: Pertanyakan yang sudah diketahui dan terimalah yang belum diketahui
Kesalahan terbesar dalam hidup: menerima yang sudah kita ketahui dan menolak hal-hal yang belum kita ketahui. Guy Kawasaki memberikan ilustrasi yang menarik:

Pada akhir 1800-an, ada perusahaan es yang berkembang pesat di Northeast. Perusahaan tersebut memotong balok-balok es dari danau yang membeku, kemudian menjualnya ke seluruh dunia. Order terbesar perusahaan ini adalah pengiriman es sebanyak 200 ton ke India. Sebanyak 100 ton berhasil sampai di India, tapi sisanya meleleh. Tapi hal ini sudah cukup baik bagi keuntungan perusahaan.

Perusahaan yang memotong es dari danau ini akhirnya bangkrut karena ada perusahaan pembuat es yang menemukan mesin pembuat es secara mekanik (Note: saya juga tidak ngerti mesin kayak apa ini). Jadi tidak diperlukan lagi memotong dan mengirimkan es karena es bisa dibuat di mana saja dalam musim apa saja.

Perusahaan pembuat es ini akhirnya juga bangkrut karena adanya perusahaan pembuat kulkas dan freezer. Orang dapat membuat es sendiri di rumah dengan kulkasnya masing-masing dan tidak perlu membeli es balok, pergi ke pabrik es, atau menunggu tukang mengirimkan es.

Perusahaan yang memotong es dari danau hanya memikirkan apa yang dia tahu, yaitu gergaji yang lebih baik, tempat penyimpanan yang lebih baik, serta transportasi yang lebih baik. Sementara perusahaan pembuat es juga tidak bisa melangkah ke depan dan memikirkan tentang kulkas dan freezer.

Jadi jangan seperti dua perusahaan es itu. Terimalah hal-hal yang baru dan pertanyakanlah hal-hal yang sudah kamu ketahui.

My Opinion:
Tak perlu komentar, sudah pasti semua orang setuju soal yang satu ini. Walaupun kadang memang sulit untuk menerima hal-hal baru yang di luar kebiasaan, sekalipun hal baru itu sesuatu yang baik. Contoh: bos-bos dari toko-toko tradisional di daerah sekitar Kembang Jepun, Surabaya masih enggan kalo disuruh menjalankan usahanya dengan menggunakan sistem akuntansi yang baik dan terkomputerisasi.


#7: Belajar bahasa asing, mainkan musik, dan mainkan olahraga yang tanpa kontak fisik
Bermain olahraga tanpa kontak fisik memang perlu. Kenapa? karena kalau kita udah tua, masak kita mau olahraga yang melibatkan kontak fisik seperti sepakbola atau basket :-). Tentu akan lucu kalau kita melihat 22 orang yang sudah tua bermain sepakbola, bukankah jauh lebih normal kalau kita melihat orang berumur 50’an bermain tenis?

My Opinion:
belajar bahasa asing: kalo soal ini yang paling penting, tentu belajar bahasa Inggris. Bahasa Mandarin perlu juga atau nggak ya? Susah banget tuh…
mainkan musik: wah kalo ini agak susah, saya lebih pilih ndengerin aja. Beli kaset atau cd dan dengarkan di mobil waktu hujan.. sip deh.., asal gak banjir hehehe
olahraga non kontak fisik: kayaknya masuk akal deh..., swimming or badminton is a good idea, instead of tennis.


#6: Teruslah belajar
Yang perlu diingat: belajar tidak harus di sekolah. Kita bisa bersekolah bertahun-tahun tapi tidak belajar apa-apa, sebaliknya kita bisa belajar banyak walaupun sedang tidak berada dalam lingkungan sekolah.

My Opinion:
Completely agree, apalagi kalo di dunia IT, seperti aku.. kalo gak belajar, abis deh… kalah sama anak kuliahan. :-(

Note: udah mulai capek nih ngetiknya, bacanya juga pasti udah capek ya??

#5: Belajar untuk menyukai diri sendiri atau ubahlah hingga kamu menyukainya
Terimalah dirimu apa adanya, itu bisa menjagamu dari rokok, narkoba, dan sejenisnya..

My Opinion:
Setuju nih, awal dari kehancuran adalah membenci diri kita sendiri dan ingin menjadi orang lain.
“Don't try to be like those who shoulder their way through life.Why be a bully?
"Why not?" you say. Because GOD can't stand twisted souls.”
-- Psalms 3:31-32 (The Message)

#4: Jangan menikah terlalu cepat
Guy Kawasaki menikah waktu usia 32 tahun. Dia mengatakan, sampai pada usia itu, kamu belum tahu kamu itu siapa. Kamu juga belum tahu siapa yang kamu nikahi.

Dia menambahkan bahwa ia tidak mengenal seorang pun yang menikah terlambat. Namun, ia mengenal banyak orang yang menikah terlalu cepat. Jika kamu memutuskan untuk menikah, ingatlah bahwa kamu akan menerima orang itu apa adanya.

My Opinion:
Kalimat terakhir kayaknya pas banget :-). Tentang usia, itu relatif ya.. Ada juga yang usianya masih muda, tapi jiwanya udah dewasa. It’s ok, yang penting jangan asal comot aja, atau menikah karena kepepet. Dan kayaknya, as far as I know, semua agama menghendaki, atau paling tidak menyarankan, kalo menikah harus seiman, ya nggak?

#3: Bermain untuk menang dan menang untuk bermain
Bermain untuk menang adalah salah satu dari hal-hal terbaik yang dapat kita lakukan. Ini menyebabkan potensi kita tersalurkan, membuat dunia semakin berkembang, dan dapat menyebabkan ekspektasi dari orang lain juga meningkat.

Bagaimana jika kamu kalah? Pastikan bahwa kamu kalah ketika berusaha mendapatkan sesuatu yang benar-benar berharga.

Kemenangan menjadi alat, bukan akhir, untuk mengembangkan dirimu dan juga kompetisi di sekitarmu.

Kemenangan juga menjadi alat untuk bermain lagi. Hasil dari kemenangan – bisa uang, kekuasaan, kepuasan, dan kepercayaan diri – juga tidak boleh dilupakan.

Agar dapat bermain untuk menang, kamu memiliki syarat yang penting: berkompetisi lagi pada kedalaman, jarak, dan ketinggian yang dapat dicapai oleh dirimu.
Sebenarnya, kompetisi yang terbesar adalah dengan dirimu.

My Opinion:
Hidup memang penuh kompetisi. Hal yang sering membatasi kita seringkali adalah pikiran kita sendiri. Karena itu, kita harus menjaga pikiran kita supaya memikirkan hal-hal yang positif.
“Finally, brothers, whatever is true, whatever is noble, whatever is right, whatever is pure, whatever is lovely, whatever is admirable—if anything is excellent or praiseworthy—think about such things.”
-- Phillipians 4:8 (NIV)


#2: Patuhilah hal-hal yang mutlak
Bermain untuk menang, bukan berarti main curang. Selama bertumbuh, kita menemukan banyak hal yang berubah dari mutlak menjadi relatif. Contohnya: waktu kecil kita tahu bahwa berbohong dan mencuri adalah dua hal yang mutlak salah. Tapi setelah dewasa, apalagi setelah memasuki dunia kerja, kita akan dipaksa oleh “sistem” atau lingkungan di sekitar kita untuk berpikir dalam ruang relatif.

Contoh: “Saya tidak mencurangi pajak lebih banyak daripada partner saya”, “Saya cuma ngerokok sedikit, gak make narkoba”.

Ini sangat salah. Patuhilah hal-hal yang mutlak sebisa mungkin. Jika kamu tidak pernah berbohong atau mencuri, kamu tidak perlu mengingat siapa yang kamu bohongi atau apa yang pernah kamu curi.

Selalu ada hal-hal yang mutlak benar dan mutlak salah.

My Opinion:
Kalau ini secara teori ya memang begini, tapi dalam praktek cukup susah juga ya. Apalagi kalo kita jadi pegawai dan bos kita orang yang gak bener, ya nggak? Tapi saya juga setuju kalo poin no 2 ini adalah hal yang penting dan harus kita lakukan.

#1: Nikmati kebersamaan dengan orang tua dan teman-teman selagi mereka ada
Bagi Guy Kawasaki, ini adalah hal yang terpenting. Uang, kekuasaan, atau ketenaran tak akan dapat mengembalikan orang tua dan teman-temanmu setelah mereka pergi.

Semakin tua kita, semakin kita menyadari bahwa orang tua kita benar. Selalu begitu, sampai akhirnya kita sendiri yang menjadi orang tua.

My Opinion:
Gak perlu opini saya deh, pasti semua orang setuju.
“Listen, my son, to your father's instruction and do not forsake your mother's teaching. They will be a garland to grace your head and a chain to adorn your neck.”
-- Proverbs 1:8-9 (NIV)

Itulah pelajaran dari pengalaman hidup Guy Kawasaki. Belajar dari pengalaman orang lain adalah hal yang baik, walaupun tidak semuanya bisa diaplikasikan dalam kehidupan kita. Ambillah beberapa yang cocok bagi kamu. Kalau saya menganggap hal-hal berikut ini adalah hal yang penting:
#9: Kejar kebahagiaan, bukan kesenangan
#8: Pertanyakan yang sudah diketahui dan terimalah yang belum diketahui
#6: Teruslah belajar
#5: Belajar untuk menyukai diri sendiri atau ubahlah hingga kamu menyukainya
#3: Bermain untuk menang dan menang untuk bermain
#2: Patuhilah hal-hal yang mutlak
#1: Nikmati kebersamaan dengan orang tua dan teman-teman selagi mereka ada